Salahkah?

Cukup tersentak membaca tulisan sederhana ini.

Sudah satu minggu aku berhalangan.
Baru beberapa hari yang lalu aku mulai sholat lagi.
Tapi aku merasa, hanya ragaku saja yang menyembahNya,
sedangkan jiwaku melanglang buana entah kemana.
Astaghfirullah… Naudzubillahhimindzalik.

Tiba-tiba teringat percakapan satu tahun yang lalu dengan seorang teman.
Di perjalanan pulang, di atas motor, di bawah rintikan hujan.
Aku menanyakan pendapatnya mengenai agama, karena dia seorang Muslim, namun mengaku agnostik.
Apakah dia tidak takut dengan adanya surga dan neraka.
Dia bilang,

Aku mencoba menemukanNya, dengan logika, dengan caraku, namun aku belum berhasil.
I’m trying. Aku mencoba, aku berusaha.
Kalo aku masuk neraka gara-gara aku mencoba untuk percaya akan adanya Tuhan tapi aku gagal, Tuhan jahat dong.
Aku nggak berniat jadi orang brengsek lho.
Aku nggak berniat untuk sengaja menjauhiNya.

Haha, aku tidak pernah berpikiran Allah SWT itu jahat.
Beliau Maha Baik.

Yang aku rasakan sekarang,
Aku ingin jiwa dan ragaku yang menyembahnya.
Aku ingin memaknai esensi dari menyembah itu sendiri.
Bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban…
Aku hanya ingin dekat denganNya, itu saja.
Namun aku belum bisa. Salahkah?

Bukankah Allah SWT itu Maha Dekat, lebih dekat dariĀ urat nadi leher kita?
(Qaaf 16)